27 Agustus 2012

Maafkan Aku

Maafkan Aku





Terkadang menyesal tiada gunanya. Robie menyesal telah meninggalkan sahabatnya di jalan hanya gara-gara masalah kecil. Perbedaan memang sering terjadi dan seharusnya tidak berakhir dengan pertengkaran hebat.
Awalnya hanya dari tempat makan. Robie tidak suka cara Yuna makan. Robie melihatnya sebagai orang yang tidak pernah makan. Terlalu lahap dan bersuara. Yuna tidak tahu kalau cara makannya salah. Menurut Yuna itu berarti menikmati makanan yang terhidang. Robie berkeras itu tidak baik. Akibatnya mereka bertengkar. Seperginya dari rumah makan, Robie dan Yuna kembali bertengkar di jalan membicarakan masalah di rumah makan. Akibatnya Yuna ditinggalkan di jalan oleh Robie karena kesal.
Kini Robie menyesal. Tindakannya terhadap Yuna terlalu berlebihan. Bukankah yang disuka dari Yuna adalah kepribadiannya. Yuna memiliki pemikiran sendiri, apa salahnya itu. Kalau memang tidak sejalan, kenapa harus diperpanjang. Bukankah selalu saja ada perbedaan tapi bisa diterima. Robie memutar motornya kembali menjemput Yuna di tempat tadi ditinggalkan. Yuna masih terduduk menangis. Robie menyesal telah meninggalkan Yuna di jalan. Untunglah Robie cepat tersadar sebelum semuanya terlambat.
Robie turun dari motornya dan menghampiri Yuna. Robie langsung memeluk Yuna dan berkata,”Maafkan aku.”
Mereka berdua saling berpelukan dalam waktu yang lama. Yuna juga meminta maaf. Keduanya menangis tanpa suara. Pelukan keduanya merupakan tanda saling memaafkan. Robie sadar tidak seharusnya dia memperpanjang masalah. Seharusnya biarkan saja perbedaan itu ada. Karena dengan perbedaan, maka hidup akan semakin berwarna.
Selanjutnya Robie dan Yuna pulang bersama. Yuna memeluk Robie dari belakang dengan pelukan hangat. Rasanya sangat nyaman bagi keduanya.


Nut HOJ
Kijang, 27 Agustus 2012