(Sambungan Kerajaan Durma bagian 4)
Kamiren berpisah dari orangtuanya ketika mendengar berita tentang takluknya kerajaan Hadfas kepada kerajaan Durma. Kamiren ingin mengetahui lebih jelas tentang tidak jadinya peperangan. Seandainya berita itu benar, maka Kamiren ingin agar keluarganya kembali ke Hadfas. Keesokan harinya, Kamiren sudah tiba di kerajaan Hadfas. Kamiren melihat rombongan pasukan dari Durma berbaris rapih memasuki ibukota Hadfas. Putri Erwina ditandu dan dikawal dengan pasukan yang terlihat kuat. Di dekat Putri Erwina terlihat beberapa tokoh utama dalam peperangan itu. Mereka adalah Saiks, Nutalas, dan Furlong. Kamiren mencari informasi terbaru dan memang benar Hadfas sudah menyatakan diri takluk. Bahkan kini pasukan Hadfas telas bersiap untuk membantu pasukan Durma untuk penyerbuan berikutnya.
Kerajaan berikutnya yang akan menjadi incaran adalah kerajaan Qasaha. Sebuah kerajaan kecil tapi kaya akan bahan tambang. Persenjataan Qasaha merupakan salah satu yang terkuat. Qasaha mampu membeli persenjataan muktahir berkat kekayaan alamnya. Furlong ingin menaklukan kerajaan itu dan memanfaatkan kekayaan alam di Qasaha untuk kemakmuran Durma. Sementara itu Hadfas dipilih karena merupakan negara yang lemah pasukannya. Hadfas juga memiliki lokasi yang lebih strategis dari Durma. Hadfas memiliki jalur langsung ke beberapa negara.
Kamiren tidak ingin terlibat dalam pertempuran, karena itu dia segera kembali ke tempat keluarganya berada. Keluarga Kamiren berada di negara Kiuran. Negara yang kabarnya memiliki banyak gunung sehingga sangat sulit untuk diserang. Negara Kiuran berbatasan langsung dengan Hadfas. Keluarga Kamiren memilih untuk mengungsi ke Kiuran karena melihat lokasi negara Kiuran yang strategis. Bahkan kabarnya Kerajaan Durma juga enggan menyerang Kiuran. Kamiren segera bergegas kembali ke Kiuran untuk menjemput keluarganya untuk kembali ke Hadfas. Kamiren menilai Hadfas sudah dalam keadaan aman sehingga tidak ada salahnya untuk kembali.
Setiba Kamiren di perbatasan, Kamiren dicegat pasukan Kiuran. Rupanya setelah berita takluknya Hadfas ke Durma, negara Kiuran menutup perbatasan. Kamiren yang ingin berjumpa keluarganya juga ditolak. Kamiren merasa bingung bagaimana caranya agar bisa menemui keluarganya dan mengajaknya keluar dari Kiuran. Walau dengan berbagai alasan, tetap saja pasukan Kiuran tidak mengijinkan Kamiren masuk ke dalam. Dengan terpaksa Kamiren berputar arah. Kamiren tidak tahu apa yang harus dilakukan sehingga akhirnya Kamiren kembali ke rumahnya di Hadfas.
Sepertinya tidak hanya Kiuran yang menerapkan penutupan perbatasan. Negara-negara lain juga menutup perbatasan dan membangun suatu kesepakatan bersama untuk menghancurkan Durma. Beberapa negara besar merasa menyesal tidak menghancurkan Durma dari dulu, padahal Durma itu dulunya tidak memiliki pasukan tempur yang kuat. Tapi masih ada kerajaan-kerajaan yang berdiam diri karena takut bermusuhan dengan Durma. Bahkan ada yang sudah mulai bersiap-siap untuk takluk apabila pasukan Durma sudah dekat.
Kerajaan Qasaha sudah mulai mengumpulkan pasukan. Tidak hanya pasukan manusia, para penyihir Qasaha juga mulai merapal spelm untuk membangun pasukan manusia buatan dengan berbagai elemen. Dengan adanya bahan tambang yang banyak, tidak heran pasukan golem yang dibuat dapat terbentuk dengan cepat. Kekayaan Qasaha juga berhasil mengajak pasukan bayaran yang banyak beredar di Landart. Sepertinya pertempuran kali ini tidak akan semudah Hadfas. Qasaha sudah pasti akan bertarung habis-habisan melawan Durma.
Sementara itu utusan yang dikirim oleh putri Erwina sudah sampai ke Radfort. Raja Ghovery VII sangat marah dengan serangan yang dilakukan terhadap Hadfas. Dengan cepat Raja Ghovery VII memerintahkan kedua anaknya untuk ke Hadfas. Mereka ditugaskan untuk menghentikan peperangan yang sedang dilakukan oleh Erwina. Tentu saja nama Erwina dikaitkan karena sekarang yang dijadikan pimpinan peperangan adalah Erwina. Ghovery VIII dan Gilbert diutus untuk menemui Erwina di Hadfas.
Ghovery VIII dan Gilbert segera mengumpulkan pasukan khusus untuk segera berangkat ke Hadfas. Di hati Ghovery VIII ada ketakutan Erwina akan menggulingkan kerajaannya sendiri sehingga dia tidak dapat menjadi raja berikutnya. Sementara pikiran Gilbert berbeda. Gilbert merasa kuatir akan keselamatan Erwina karena Erwina berada langsung di medan pertempuran. Rupa-rupanya diantara pasukan khusus terdapat tiga orang penyusup yang tidak diharapkan. Mereka adalah Kalina, Judaka, dan Rupert. Ketiganya berhasil ikut dengan mengatakan kalau ayah mereka telah mengijinkan mereka untuk ikut serta.
Ketiga remaja itu berada di belakang pasukan dengan alasan mengawal, padahal mereka takut ayah mereka mengetahui keberadaan mereka. Judaka dan Rupert sangat mudah menyamar menjadi salah satu anggota pasukan. Sedangkan Kalina harus bersusah payah mencari pakaian perang yang sesuai dengannya karena dia adalah seorang wanita. Judaka dan Rupert selalu berusaha menyembunyikan Kalina agar tidak terlihat terlalu terlihat.
Perjalanan ke Hadfas hanya membutuhkan sekitar 3 hari perjalanan. Dengan pasukan berkuda, Ghovery VIII dapat sampai sesuai rencana. Tapi kota Hadfas sudah tidak ada pasukan lagi. Di sana sudah menjadi kota biasa. Ghovery VIII bertanya kepada penduduk setempat, tapi tidak ada yang tahu kemana pasukan Erwina pergi. Setahu penduduk setempat, pasukan Erwina sudah berangkat dari kemarin. Ujung pasukannya yang terlihat tadi pagi sudah tidak terlihat lagi siang harinya. Ghovery VIII kagum sekaligus kuatir dengan banyaknya pasukan Erwina yang dapat bergerak cepat. Setelah Ghovery bertanya ke arah mana perginya pasukan Erwina, Ghovery VIII memimpin pasukannya untuk mengejar pasukan Erwina.
(Bersambung)
30 November 2009
16 November 2009
Kerajaan Durma Bagian 3
(Sambungan Kerajaan Durma bagian 3)
Perang memang tidak dapat dihindari lagi. Kerajaan Hadfas yang dipimpin oleh Raja Jadar V juga mulai menyiapkan pasukan. Raja Jadar V juga mengirimkan utusan kepada kerajaan Durma untuk menarik mundur pasukan yang sudah siap tempur di Jaras. Tapi sepertinya utusan itu tidak membawa hasil yang baik, karena selalu tidak ada jawaban. Tentu saja Furlong selalu mencegah utusan itu sampai ke raja Durma dan selama ini selalu berhasil dengan baik.
Berdasarkan rencana penyerangan, serangan akan dimulai dalam 3 hari ke depan. Raja Jadar V menjadi sangat takut dan meminta sekutu-sekutunya untuk datang membantu mengirimkan pasukan. Kekuatan di Jaras bukanlah kekuatan biasa. Di sana berkumpul banyak makhluk gaib dan juga senjata yang canggih.
Kerajaan Hadfas bukanlah kerajaan yang besar, sehingga pasukan yang dimiliki juga tidak terlalu besar. Bila dibanding dengan pasukan di Jaras, kerajaan Hadfas hanya akan menjadi ajang pembantaian. Tentu saja hal ini juga menjadi pertimbangan kerajaan lain untuk membantu. Kerajaan lain juga memperkuat diri untuk bersiap menghadapi serangan kerajaan Durma yang dapat dipastikan akan melanjutkan serangan. Akibatnya kerajaan Hadfas tidak mendapatkan bantuan dan hal ini membuat kerajaan menjadi panik. Banyak rakyat Hadfas melarikan diri sebelum adanya serangan. Bahkan menurut kabar keluarga Raja Jadar V juga sudah mengungsi dan hal ini membuat penduduk semakin takut. Pasukan kerajaan Hadfas juga gemetar mendengar kekuatan di Jaras.
Siasat menghancurkan moral musuh ternyata berhasil dilakukan oleh Nutalas. Strategi ini merupakan petunjuk dari Furlong yang sudah mempelajari berbagai macam strategi. Furlong memang ahli strategi yang handal dan memiliki banyak siasat pertempuran. Kabarnya serangan akan dimulai setelah Furlong tiba di Jaras. Nutalas memang tidak memiliki kemampuan berstrategi, tapi banyak teman-temannya yang mendukungnya. Sepertinya Nutalas dikagumi karena semangat dan kemampuannya membela diri. Ilmu beladiri yang dimiliki Nutalas hanyalah ilmu kasar yang biasa digunakan untuk berkelahi jalanan, tapi dengan semangatnya yang tinggi, Nutalas mampu menjadi tak terkalahkan. Nutalas juga memiliki sifat dekat dengan siapa saja. Mungkin karena kedekatannya itu maka Nutalas diakui sebagai pimpinan benteng di Jaras.
Kamiren salah seorang penduduk Hadfas sudah ikut mengungsi. Pada awalnya Kamiren tidak mau pergi dari kota kelahirannya, tapi orangtuanya memaksanya. Kamiren adalah salah seorang ras campuran. Kamiren juga sudah mendengar berita akan adanya penyerbuan ke negaranya. Kamiren ingin membantu tapi karena rasa baktinya terhadap orangtua, akhirnya Kamiren ikut mengungsi ke negara tetangga.
Menunggu selama tiga hari merupakan siksaan bagi kerajaan Hadfas. Ketakutan dan teror menghantui seluruh prajurit. Satu hari sebelum serangan, datanglah pembawa pesan dari Nutalas. Isinya menginginkan agar kerajaan Hadfas tunduk pada kerajaan Durma dan harus mengakui wilayahnya masuk ke dalam kerajaan Durma. Selain membawa pesan, pembawa pesan itu juga memata-matai keadaan di kerajaan Hadfas. Pembawa pesan itu bernama Agasha. Seorang berdarah campuran yang memiliki kemampuan berlari cepat dan berpikir cepat. Agasha tertawa dalam hati melihat pasukan di Hadfas sudah merasa takut.
Agasha disambut dengan ramah di istana Hadfas. Agasha bersikap lembut dan menyampaikan pesan yang dikirim oleh Nutalas. Raja Jadar V ternyata masih berada di dalam istana dengan sikap tenang. Agasha sendiri merasa kagum dengan ketenangan sikap raja Jadar V. Raja Jadar V tidak mau menyerah begitu saja, tapi demi memikirkan kondisinya yang terdesak, mau tidak mau Raja Jadar V merasa tunduk. Raja Jadar V mau menyerah dengan syarat kerajaannya tetap memiliki kewenangan sendiri untuk mengurus diri sendiri. Kerajaan Hadfas akan menjadi wilayah kerajaan Durma. Raja Jadar V juga meminta agar rakyatnya diperlakukan sama seperti penduduk kerajaan Durma yang lain. Agasha tersenyum mendengar permintaan Raja Jadar V. Sepertinya perang tidak akan terjadi keesokan hari. Setelah menerima surat balasan tentang permintaan Raja Jadar V, Agasha segera kembali untuk memberikan kabar itu.
Nutalas menerima pesan dari Agasha tentang takluknya Raja Jadar V. Setelah berkonsultasi dengan Furlong, akhirnya Nutalas memutuskan untuk menerima permohonan dari Raja Jadar V. Nutalas juga mengundang putri Erwina dalam memutuskan penaklukan kerajaan Hadfas. Putri Erwina hanya mendengarkan apa yang dibicarakan dan tidak memberikan pendapat. Putri Erwina sendiri merasa kagum karena tanpa berperang, ternyata kerajaan Hadfas sudah bisa ditundukkan. Sepertinya diplomasi dengan menunjukkan kekuatan lebih berguna dibandingkan diplomasi yang selama ini dilakukan oleh ayahnya.
Setelah mengutus kembali pesan menerima penaklukan Hadfas sesuai dengan syarat yang diajukan, maka putri Erwina diajak berunding. Putri Erwina mendapat desakan untuk mengirimkan berita tentang penaklukan Hadfas dan persyaratan dari Hadfas. Sebenarnya Erwina tidak suka didesak, tapi akhirnya Erwina mengalah. Dengan membuat surat yang bertandatangan darinya, Erwina mengutus salah satu petugas pengirim berita ke istana Durma di Radfort. Saiks selalu mendampingi Erwina dan menguatkan hatinya ketika Erwina merasa bimbang, sehingga Erwina sekarang menjadi pemimpin di benteng itu. Nutalas menyatakan tunduk kepada putri Erwina, dan itu membuat Erwina merasa senang. Tentu saja hal itu karena Saiks yang mendukung Erwina untuk menerima tawaran Nutalas yang menyatakan tetap setia kepada Durma asalkan putri Erwina mau mendukungnya.
(Bersambung)
Perang memang tidak dapat dihindari lagi. Kerajaan Hadfas yang dipimpin oleh Raja Jadar V juga mulai menyiapkan pasukan. Raja Jadar V juga mengirimkan utusan kepada kerajaan Durma untuk menarik mundur pasukan yang sudah siap tempur di Jaras. Tapi sepertinya utusan itu tidak membawa hasil yang baik, karena selalu tidak ada jawaban. Tentu saja Furlong selalu mencegah utusan itu sampai ke raja Durma dan selama ini selalu berhasil dengan baik.
Berdasarkan rencana penyerangan, serangan akan dimulai dalam 3 hari ke depan. Raja Jadar V menjadi sangat takut dan meminta sekutu-sekutunya untuk datang membantu mengirimkan pasukan. Kekuatan di Jaras bukanlah kekuatan biasa. Di sana berkumpul banyak makhluk gaib dan juga senjata yang canggih.
Kerajaan Hadfas bukanlah kerajaan yang besar, sehingga pasukan yang dimiliki juga tidak terlalu besar. Bila dibanding dengan pasukan di Jaras, kerajaan Hadfas hanya akan menjadi ajang pembantaian. Tentu saja hal ini juga menjadi pertimbangan kerajaan lain untuk membantu. Kerajaan lain juga memperkuat diri untuk bersiap menghadapi serangan kerajaan Durma yang dapat dipastikan akan melanjutkan serangan. Akibatnya kerajaan Hadfas tidak mendapatkan bantuan dan hal ini membuat kerajaan menjadi panik. Banyak rakyat Hadfas melarikan diri sebelum adanya serangan. Bahkan menurut kabar keluarga Raja Jadar V juga sudah mengungsi dan hal ini membuat penduduk semakin takut. Pasukan kerajaan Hadfas juga gemetar mendengar kekuatan di Jaras.
Siasat menghancurkan moral musuh ternyata berhasil dilakukan oleh Nutalas. Strategi ini merupakan petunjuk dari Furlong yang sudah mempelajari berbagai macam strategi. Furlong memang ahli strategi yang handal dan memiliki banyak siasat pertempuran. Kabarnya serangan akan dimulai setelah Furlong tiba di Jaras. Nutalas memang tidak memiliki kemampuan berstrategi, tapi banyak teman-temannya yang mendukungnya. Sepertinya Nutalas dikagumi karena semangat dan kemampuannya membela diri. Ilmu beladiri yang dimiliki Nutalas hanyalah ilmu kasar yang biasa digunakan untuk berkelahi jalanan, tapi dengan semangatnya yang tinggi, Nutalas mampu menjadi tak terkalahkan. Nutalas juga memiliki sifat dekat dengan siapa saja. Mungkin karena kedekatannya itu maka Nutalas diakui sebagai pimpinan benteng di Jaras.
Kamiren salah seorang penduduk Hadfas sudah ikut mengungsi. Pada awalnya Kamiren tidak mau pergi dari kota kelahirannya, tapi orangtuanya memaksanya. Kamiren adalah salah seorang ras campuran. Kamiren juga sudah mendengar berita akan adanya penyerbuan ke negaranya. Kamiren ingin membantu tapi karena rasa baktinya terhadap orangtua, akhirnya Kamiren ikut mengungsi ke negara tetangga.
Menunggu selama tiga hari merupakan siksaan bagi kerajaan Hadfas. Ketakutan dan teror menghantui seluruh prajurit. Satu hari sebelum serangan, datanglah pembawa pesan dari Nutalas. Isinya menginginkan agar kerajaan Hadfas tunduk pada kerajaan Durma dan harus mengakui wilayahnya masuk ke dalam kerajaan Durma. Selain membawa pesan, pembawa pesan itu juga memata-matai keadaan di kerajaan Hadfas. Pembawa pesan itu bernama Agasha. Seorang berdarah campuran yang memiliki kemampuan berlari cepat dan berpikir cepat. Agasha tertawa dalam hati melihat pasukan di Hadfas sudah merasa takut.
Agasha disambut dengan ramah di istana Hadfas. Agasha bersikap lembut dan menyampaikan pesan yang dikirim oleh Nutalas. Raja Jadar V ternyata masih berada di dalam istana dengan sikap tenang. Agasha sendiri merasa kagum dengan ketenangan sikap raja Jadar V. Raja Jadar V tidak mau menyerah begitu saja, tapi demi memikirkan kondisinya yang terdesak, mau tidak mau Raja Jadar V merasa tunduk. Raja Jadar V mau menyerah dengan syarat kerajaannya tetap memiliki kewenangan sendiri untuk mengurus diri sendiri. Kerajaan Hadfas akan menjadi wilayah kerajaan Durma. Raja Jadar V juga meminta agar rakyatnya diperlakukan sama seperti penduduk kerajaan Durma yang lain. Agasha tersenyum mendengar permintaan Raja Jadar V. Sepertinya perang tidak akan terjadi keesokan hari. Setelah menerima surat balasan tentang permintaan Raja Jadar V, Agasha segera kembali untuk memberikan kabar itu.
Nutalas menerima pesan dari Agasha tentang takluknya Raja Jadar V. Setelah berkonsultasi dengan Furlong, akhirnya Nutalas memutuskan untuk menerima permohonan dari Raja Jadar V. Nutalas juga mengundang putri Erwina dalam memutuskan penaklukan kerajaan Hadfas. Putri Erwina hanya mendengarkan apa yang dibicarakan dan tidak memberikan pendapat. Putri Erwina sendiri merasa kagum karena tanpa berperang, ternyata kerajaan Hadfas sudah bisa ditundukkan. Sepertinya diplomasi dengan menunjukkan kekuatan lebih berguna dibandingkan diplomasi yang selama ini dilakukan oleh ayahnya.
Setelah mengutus kembali pesan menerima penaklukan Hadfas sesuai dengan syarat yang diajukan, maka putri Erwina diajak berunding. Putri Erwina mendapat desakan untuk mengirimkan berita tentang penaklukan Hadfas dan persyaratan dari Hadfas. Sebenarnya Erwina tidak suka didesak, tapi akhirnya Erwina mengalah. Dengan membuat surat yang bertandatangan darinya, Erwina mengutus salah satu petugas pengirim berita ke istana Durma di Radfort. Saiks selalu mendampingi Erwina dan menguatkan hatinya ketika Erwina merasa bimbang, sehingga Erwina sekarang menjadi pemimpin di benteng itu. Nutalas menyatakan tunduk kepada putri Erwina, dan itu membuat Erwina merasa senang. Tentu saja hal itu karena Saiks yang mendukung Erwina untuk menerima tawaran Nutalas yang menyatakan tetap setia kepada Durma asalkan putri Erwina mau mendukungnya.
(Bersambung)
Langganan:
Postingan (Atom)