03 Agustus 2009

Dewa Perdamaian

Dewa Perdamaian


Tomoe adalah seorang anak dari petani miskin. Dia membantu ibunya di rumah karena dia adalah seorang anak perempuan. Jaman Tomoe hidup berada di era peperangan. Untungnya karena mereka hanya petani miskin jadi tidak begitu terpengaruh dengan perang. Paling banyak mereka tersiksa karena diharuskan menyumbangkan apa yang mereka miliki atas nama negara.

Sepertinya kehidupan semacam itu akan terus dirasakan oleh Tomoe. Lagipula Tomoe juga tidak mengharapkan lebih banyak dari kehidupan yang dirasakan saat itu. Bertahun-tahun hidup Tomoe seperti itu, hingga akhirnya saat Tomoe tumbuh dewasa menjadi remaja yang cantik rupawan. Banyak tokoh negara yang tergila-gila dengan Tomoe dan berusaha memaksa Tomoe untuk dijadikan selir. Tomoe terpaksa melarikan diri dengan berbekal seadanya bersama dengan pasangan yang dipilihnya. Pasangannya bernama Ratday, seorang anggota pasukan dari salah satu negara yang sedang berperang.

Tomoe memilih Ratday karena Tomoe melihat sesuatu yang spesial pada Ratday. Cinta itu memang membutakan, padahal orangtua Tomoe tidak melihat apa-apa pada Ratday. Tomoe nekat melarikan diri bersama Ratday atas nama cinta. Mereka berdua terpaksa menyelinap di antara para pengungsi demi mencari tempat yang dirasakan cukup aman untuk ditinggali. Ratday sendiri dicari karena dianggap melarikan diri dari tugas negara. Sebagai anggota pasukan tentu Ratday memiliki atasan, dan atasannya sudah menetapkan Ratday sebagai orang yang dicari karena melarikan diri dari kerajaan.

Tomoe dan Ratday akhirnya menemukan sebuah tempat yang dirasakan cukup aman. Tempat itu berada di atas gunung. Ratday membangun rumah sederhana dan Tomoe menyiapkan makanan dan pakaian. Sebagai anak petani, Tomoe mampu memilih tanaman yang dapat dimakan dan menyiapkannya menjadi makanan yang dapat dimakan. Ratday sendiri memiliki kekuatan karena sudah terlatih sewaktu menjadi anggota pasukan kerajaan.

Cukup lama Tomoe dan Ratday dapat hidup tenang. Tapi sayangnya tidak ada yang abadi. Sewaktu Tomoe melahirkan seorang anak laki-laki, mereka terpaksa meminta bantuan orang desa. Dari orang desa tersebut, Ratday diketahui keberadaannya. Dalam beberapa hari setelah kelahiran anaknya, Ratday ditangkap. Tomoe sangat bersedih, tapi tidak dapat berbuat apa-apa. Dengan kerja keras akhirnya Tomoe mampu membesarkan anaknya. Kehidupan Tomoe saat membesarkan anaknya sangat sulit. Untunglah masih ada orang-orang desa yang mau membantu, sehingga Tomoe sangat bersyukur.

Beberapa tahun kemudian, Tomoe mendengar kalalu suaminya sudah dibebaskan dan berencana akan kembali ke tempat Tomoe. Tomoe sangat bersyukur mendengar hal itu. Tapi beberapa hari kemudian terdengar berita yang mengejutkan. Ratday ternyata kembali dalam status sebagai anggota pasukan lagi, dan pasukan dimana Ratday berada mengalami serangan kejutan. Dikabarkan semua anggota pasukan dibinasakan. Tomoe sangat terpukul mendengar berita itu. Untunglah Tomoe teringat kalau dia harus membesarkan anaknya Huram. Huram saat itu sudah berumur 6 tahun. Masih kecil dan masih lucu, sehingga dapat menghibur Tomoe.

Huram tumbuh hanya bersama ibunya. Huram menjadi anak yang berbakti dan sangat sayang kepada ibunya. Terkadang Huram melihat ibunya menangis diam-diam dan itu membuat Huram ikut bersedih. Huram mengetahui cerita hidup ibunya dari mulut ibunya dan juga orang-orang di desa. Huram sudah berumur 12 tahun dan mulai dapat mencari pekerjaan. Huram bekerja di desa membantu sebisanya. Hasil kerjanya selalu diberikan kepada ibunya, bahkan Huram tidak pernah menyimpan apapun untuk dirinya sendiri. Huram ingin membahagiakan ibunya apapun caranya. Tapi ibunya selalu mengajarkan hal yang berbeda. Ibunya mengajarkan agar Huram jangan sampai menyakiti dirinya sendiri ataupun orang lain dalam setiap tindakannya.

Ajaran itu didapatkan Tomoe dari kedua orang tuanya. Walau sebenarnya Tomoe sendiri tidak dapat melakukan ajaran itu dengan sempurna, tapi Tomoe tetap berusaha melakukannya. Warisan ajaran itu rupanya diserap denga baik oleh Huram. Huram menjadi orang baik di kalangan orang-orang di desa. Huram selalu bertindak jujur dan mau berbagi dengan siapapun. Tidak ada orang yang tidak pernah dibantu. Huram selalu siap membantu orang lain selama hal itu tidak merugikan siapapun.

Suatu saat, datanglah seorang kesatria. Kesatria itu mendengar kisah Huram yang memiliki sifat baik. Sebuah sifat yang saat itu sangat sulit dijumpai. Kesatria itu tertarik dan ingin mengajak Huram untuk bergabung dengan kelompoknya. Kelompok yang diikuti kesatria itu merupakan kelompok baru yang sedang mengumpulkan orang-orang berbakat. Tujuannya adalah menciptakan dunia yang damai.

Kesatria itu akhirnya bertemu dengan Huram. Ternyata kesatria itu di mata Huram tidak memiliki jiwa yang selaras dengan Huram. Huram memang ingin dunia yang damai, tapi jalannya berbeda. Huram ingin kedamaian dicapai dengan kedamaian juga. Sedangkan kesatria itu ingin kedamaian dengan jalan kekerasan, bahkan menurut kesatria itu tidak ada kedamaian yang dapat ditempuh dengan kedamaian juga. Setelah tidak ada kecocokan, akhirnya kesatria itu pergi.

Sudah ada beberapa kelompok yang mendatangi Huram untuk mengajak Huram bergabung, tapi tidak ada yang sesuai dengan hati Huram. Selain itu, Huram juga masih ingin berbakti pada ibunya. Hingga suatu hari, datanglah seorang penyihir yang juga memiliki kemampuan beladiri handal. Penyihir ini bukanlah anggota dari kelompok apapun. Penyihir ini merasa tertarik dengan keberadaan Huram. Penyihir ini mendekati Huram dan mengajarkan Huram berbagai kemampuan. Huram sendiri tertarik dengan penyihir ini. Penyihir ini bernama Gulaf.

Gulaf merupakan seorang pertapa yang akhirnya mendapatkan berbagai ilmu baik ilmu sihir maupun beladiri. Berbeda dengan yang lainnya, Gulaf tidak peduli dengan peperangan. Tapi Gulaf selalu membantu siapapun yang membutuhkan dengan kemampuannya. Gulaf dan Huram saling merasa cocok dan akhirnya Huram mau mempelajari semua ilmu dari Gulaf. Gulaf sendiri tidak merasa perlu takut Huram akan menyalahgunakan kemampuannya karena Gulaf sudah melihat sendiri sifat Huram. Huram belajar dengan tekun dan akhirnya berhasil menguasai seluruh ilmu dari Gulaf. Gulaf mengatakan kalau ilmu itu tanpa batas, jadi kalau sekarang semua ilmu sudah diajarkan, kelak akan ada ilmu baru yang dipelajari, jadi tidak perlu takut kehabisan ilmu.

Kini Huram semakin tangguh. Dengan kemampuan sihir dan beladiri dari Gulaf, Huram mampu melindungi lebih dari desanya. Huram bahkan dapat melindungi sebuah kota tanpa harus menjatuhkan korban. Gulaf sendiri sudah merantau entah kemana. Nama Huram semakin dikenal dan semakin banyak yang ingin mengajaknya bergabung. Dengan berbagai cara banyak yang mencoba mendapatkan Huram, baik dengan bujukan hingga jalan kekerasan. Tapi Huram selalu menolak dan selalu dapat terlepas dari jerat orang-orang jahat. Bahkan Huram sering dipaksa menyelamatkan ibunya dan juga orang-orang di sekitarnya hanya karena orang-orang itu merasa kesal dengan Huram.

Saat Huram berusia 30 tahun, ibunya meninggal dunia karena penyakit tua. Sebenarnya Huram dapat memperpanjang usia ibunya dengan sihirnya, tapi ibunya menentang dengan mengatakan takdir Tuhan jangan dilawan. Ikutilah takdir bila memang baik, tapi bila tidak, ubahlah semampunya sehingga tidak ada yang dirugikan. Huram sangat terharu mendengar hal itu. Akhirnya ibunya meninggal dengan tenang, apalagi Tomoe sudah menyaksikan betapa hebatnya anaknya dan betapa baik budi anaknya itu.

Kini Huram sudah hidup sebatang kara. Huram memulai perjalanan hidupnya yang baru dengan menjadi pengembara. Ibunya juga menitipkan pesan agar Huram mencari pendamping hidup yang baik. Tidak ada yang sempurna tapi kitalah yang harus menyesuaikan diri. Kini Huram mengembara untuk mencari pendamping hidup sekaligus membantu lebih banyak orang.

Sepanjang perjalanan, Huram melihat banyak sekali kekacauan. Huram selalu datang membantu dan mengajarkan berbagai hal baik. Walau banyak yang pada mulanya menentang, tapi pada akhirnya mereka setuju dengan pendapat Huram. Huram selalu mengatakan, tidak ada akhirnya bila kekerasan selalu dilawan dengan kekerasan, kejahatan dengan kejahatan, dan mata dengan mata. Sebaiknya berusaha untuk memutuskan benang kejahatan dengan jalan kebaikan. Jalan itu adalah maaf dan memulai dari awal dengan dasar kebaikan.

Huram sering tinggal di desa-desa dan kota-kota untuk beberapa waktu. Huram mengajarkan berbagai hal baik dan juga sedikit ilmu beladiri. Ilmu yang dikuasai Huram bukanlah ilmu yang mudah dikuasai dalam waktu yang singkat. Maka dari itu, Huram menciptakan ilmu yang dapat dikuasai dengan mudah dan dapat diterima oleh siapapun. Dalam ilmu yang diciptakannya, Huram tidak membuat ilmu untuk membunuh, ilmu itu hanya mampu melumpuhkan lawan. Huram juga memberikan ilmu pengobatan kepada siapapun yang berminat.

Semakin jauh Huram melangkah, nama Huram semakin terkenal. Hingga sebelum Huram sampai, Huram sudah mendengar namanya disebut-sebut. Huram dianggap sebagai dewa penolong, karena selain mampu mengusir orang-orang jahat, Huram juga mampu mengobati orang-orang sakit. Huram juga dikabarkan memiliki kebaikan setaraf dewa, sehingga Huram dianggap dewa hidup. Huram tidak pernah menjadi sombong mendengar semua berita itu. Huram selalu mengerjakan segala sesuatu dengan hatinya tanpa ada paksaan dari yang lain.

Tapi semua berita itu membuat Huram semakin sulit mencari pasangan hidup. Setelah beberapa tahun berkelana, nama Huram selalu ada di setiap tempat yang dikunjungi Huram. Terkadang saat Huram tiba di suatu tempat, dia disambut dengan meriah. Bahkan terkadang banyak pejabat negara yang sengaja datang untuk menyambut Huram dan mengundangnya ke istananya. Banyak raja-raja yang meminta nasehat dari Huram sekaligus mengajaknya bergabung ke kerajaannya. Tapi Huram selalu menolak karena Huram ingin membantu tanpa ada ikatan. Walau begitu tidak jarang banyak orang jahat yang ingin menyakiti Huram. Huram selalu mampu menghindar dan melawannya. Huram tidak pernah membunuh, bahkan setelah melumpuhkan lawannya, Huram mengajarkan kebaikan. Huram seringkali mengubah seseorang agar dari jahat menjadi baik.

Dunia saat itu masih dalam keadaan perang. Tapi uniknya, di saat kedatangan Huram, perangpun berakhir. Keberadaan Huram di daerah perang telah mengubah segalanya. Huram mampu menghentikan peperangan tanpa ada pihak yang terluka. Huram mengajak untuk menciptakan perdamaian, baik secara tertulis maupun secara perjanjian lisan. Terkadang ada yang menolak, tapi desakan dari berbagai pihak yang setuju dengan Huram telah mampu mengubah kekerasan hati orang-orang yang memilih jalan kekerasan.

Saat itu Huram mencapai masa jayanya. Huram sudah dianggap sebagai dewa kedamaian. Huram sendiri terkadang mengunjungi daerah yang sedang berperang untuk mendamaikan mereka. Di belakang Huram sudah banyak pendukung. Mereka adalah orang-orang yang pernah ditolong oleh Huram dan juga negara-negara yang sekarang sudah menjadi damai berkat Huram. Huram selalu mau untuk menjadi juru damai. Tapi Huram tetap sulit dicari karena Huram selalu melangkah secara bebas. Huram selalu menjadi tokoh yang bebas tanpa ikatan.

Hingga usia 40 tahunan, Huram masih belum mendapatkan jodoh. Huram sendiri merasa kesulitan mencari jodoh. Sekarang ilmu Huram sudah jauh bertambah banyak. Huram mampu melihat masa depan dan mampu mengubahnya. Huram selalu mencari kebaikan dimanapun untuk siapapun. Huram mampu mengetahui jodoh seseorang dan Huram sendiri sebenarnya sudah dapat mengetahui siapa jodohnya. Tapi sayangnya jodohnya itu berada jauh dari tempatnya sekarang. Huram harus melewati samudera dan karena Huram merasa sudah waktunya dia mencari jodohnya, maka dia memutuskan untuk berlayar.

Dengan bantuan berbagai pihak, Huram mendapatkan kapal terbaik. Banyak wakil negara yang mengucapkan selamat jalan kepada Huram. Perjalanan Huram bukanlah perjalanan yang terbaik, sebab Huram akan melintasi samudera luas yang terkenal dengan ombak yang besar. Huram mendapatkan kapal dan awak kapal terbaik. Kapten kapal itu merupakan seorang jendral angkatan laut terbaik di suatu negara dan awak kapalnya merupakan gabungan pasukan terpilih dari berbagai negara. Semua kerajaan ingin membantu Huram sebaik-baiknya.

Huram akhirnya berlayar dengan perbekalan yang cukup. Tujuannya adalah sebuah benua yang belum pernah ditemukan pada saat itu. Huram mampu melihat masa depan sehingga merasa yakin akan dapat menemukannya. Walau tujuannya tidak jelas, tapi semua orang di kapal merasa yakin dengan Huram. Perjalanan Huram benar-benar berat. Berkali-kali melewati badai, melintasi keajaiban laut yang ganas. Seringkali kapal harus mendarat di pulau kosong untuk mendapat perbaikan. Tetapi Huram terus melanjutkan perjalanan hingga akhirnya tiba di sebuah benua baru. Semua orang di kapal sangat kagum dengan benua baru itu.

Benua itu memiliki kekayaan alam yang luar biasa. Beraneka ragam tanaman dan satwa ada di sana. Semua awak kapal turun untuk menikmati keanekaragaman hayati. Huram sendiri mulai menjelajahi benua baru itu. Benua itu terdiri pulau-pulau dan tempat Huram mendarat adalah pulau terbesar. Sekelompok penduduk lokal mendatangi awak kapal dengan pandangan curiga. Untunglah Huram dan awak kapal tidak ada niat buruk. Bahkan semua awak kapal tidak ada yang membawa senjata, hal itu karena Huram tidak menginginkan adanya bentrokan. Penduduk lokal berbicara bahasa asing dan semua awak kapal tidak dapat mengerti apa yang mereka bicarakan.

Anehnya Huram mampu berkomunikasi dengan mereka secara lancar seolah-olah Huram adalah penduduk lokal. Huram mengajak awak kapal untuk ikut dengan penduduk lokal menuju sebuah desa. Penduduk lokal itu ternyata merupakan penduduk yang baik. Mereka menyambut dengan acara penyambutan sekadarnya dengan berbagai kesenian. Huram dan para awak kapal tinggal di desa itu selama beberapa hari. Setelah itu beberapa awak kapal mengikuti Huram menuju sebuah kota.

Di kota itu mereka menukarkan apa yang mereka miliki dengan berbagai benda yang tidak pernah dilihat. Para awak kapal itu kembali ke kapal dan kembali ke benua asalnya. Sejak itu dimulailah era perdagangan antar benua. Huram sendiri memulai perjalanan mencari jodoh. Di benua ini, nama Huram tidak dikenal sehingga memudahkan Huram untuk melintasi desa-desa. Tapi hal itu tidak bertahan lama. Huram yang selalu membantu siapapun dan selalu mengajarkan kedamaian, dengan cepat namanya tersebar. Huram langsung menuju kediaman jodohnya sambil sepanjang jalan membantu orang.

Nama Huram dan perjalanan Huram saling berlomba. Hingga akhirnya Huram tiba di sebuah desa kecil. Di desa itu terdapat seorang anak perempuan yang masih berusia belasan tahun. Huram mengetahui kalau gadis kecil itu adalah jodohnya. Huram sudah meramalkan jauh sebelum gadis kecil itu lahir. Gadis itu bernama Luna dan baru berusia 13 tahun. Usia dimana belum dapat menikah. Huram mendatangi kedua orang tua Luna dan membicarakan kalau dia tertarik dengan Luna. Saat itu nama Huram belum sampai di desa itu, sehingga kedua orangtua Luna mengatakan akan pikir-pikir dulu. Luna sendiri langsung merasa tertarik dengan Huram. Walau usianya terpaut jauh, tapi Luna merasa dia jatuh cinta pada Huram. Luna sering mencoba membuang perasaan itu dengan mengatakan Huram lebih pantas sebagai ayahnya atau mungkin kakeknya karena perbedaan usia mereka. Tapi perasaan Luna tentang cinta tidak terbantahkan.

Huram mengatakan akan kembali pada saatnya nanti dan untuk saat itu Huram melanglang buana lagi. Sejak ditinggal oleh Huram, perasaan Luna menjadi tidak karuan. Luna merasa rindu pada Huram, padahal baru beberapa hari ditinggal. Luna berkomunikasi dengan Huram hanya beberapa hari, dan Huram sudah menyatakan akan menikahi Luna. Huram juga mengatakan pada Luna agar mempersiapkan diri untuk menjadi wanita yang baik. Bahkan Huram memberikan sebuah buku yang ditulis sepanjang perjalanan. Isinya adalah ajaran kebaikan dimana tidak ada yang disakiti. Luna merasa takjub melihat buku itu dapat dibacanya, padahala Luna tidak penah belajar membaca.

Beberapa tahun kemudian, Luna tumbuh menjadi wanita yang cantik dan pandai. Luna sendiri memiliki kemampuan berkat buku yang ditinggalkan oleh Huram. Luna mampu mengobati orang-orang sehingga namanya mulai dikenal sebagai dukun. Nama Huram saat itu sudah terdengar oleh Luna. Nama Huram ternyata dengan cepat tersebar, dan seperti di benuanya semula, Huram dikenal sebagai dewa damai karena selalu mampu mendamaikan peperangan.

Setiap mendengar berita tentang Huram, hati Luna sangat berbunga-bunga. Luna selalu ingat apa kata Huram yang menyatakan akan menikahinya saat waktunya sudah tiba. Kedua orangtua Luna merasa Huram tidak akan kembali, maka memaksa Luna untuk menikah dengan pemuda-pemuda yang jelas-jelas terlihat. Tapi Luna selalu menolak dengan alasan dia akan menunggu Huram. Orangtua Luna merasa kesal tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Walau dipaksa seperti apapun, Luna mampu menghindar. Luna juga memiliki kemampuan beladiri dari buku Huram.

Buku Huram bagaikan harta keramat bagi Luna. Buku itu selalu dibawa oleh Luna dan dirawat baik-baik. Buku itu dilindungi oleh sihir, maka tidak heran Luna mampu membacanya padahal Luna tidak pernah belajar membaca. Kalau orang lain melihat buku itu, maka tidak akan mampu membaca isinya. Uniknya pada halaman tertentu, Luna dapat melihat apa yang sedang dilakukan oleh Huram. Buku itu terhubung dengan sihir sehingga Huram masih dapat berkomunikasi dengan Luna. Tidak heran Luna selalu teringat dengan Huram karena Huram selalu dapat dihubungi oleh Luna.

Suatu hari Luna mendapat kabar kalau Huram akan ke desanya. Luna merasa sangat senang dan memberitahukan kepada orangtuanya. Orangtuanya merasa acuh tak acuh karena merasa Huram sudah lupa pada mereka. Tapi Luna mengatakan Huram bukanlah orang semacam itu. Nama besar Huram di seluruh tempat sudah membuktikan hal itu. Orangtua Luna mengatakan orang besar sering lupa pada orang kecil. Luna tidak dapat membantah kenyataan itu, tapi hati Luna sudah terasa berbunga-bunga. Hal itu karena Luna mengetahui kalau saat Huram kembali adalah saat dirinya dilamar.

Sebelum Huram tiba, desa disibukkan dengan persiapan pesta penyambutan. Orang sedesa sudah mengetahui nama besar Huram, hanya orangtua Luna yang tidak peduli. Sebelum Huram tiba, datanglah beberapa kelompok dari berbagai kerajaan. Mereka mengantarkan banyak hadiah kepada Luna dan orangtuanya. Katanya hadiah itu adalah hadiah untuk menjodohkan Luna dengan Huram dan hadiah itu bukan atas permintaan Huram melainkan karena ingin membalas kebaikan Huram. Kedua orangtua Luna merasa takjub dengan berbagai hadiah itu. Bahkan yang datang bukanlah orang-orang sembarangan. Mereka adalah orang-orang kepercayaan beberapa negara. Bahkan sebagian besar adalah pahlawan-pahlawan yang nama besarnya tidak akan terlupakan sepanjang jaman.

Orangtua Luna tidak dapat mengatakan apa-apa selain berterimakasih dan keputusan ada pada Luna. Luna sendiri merasa senang karena dengan demikian kedua orangtuanya sudah menyetujui hubungannya dengan Huram. Luna dapat menyaksikan betapa kedatangan Huram sangat dielu-elukan. Padahal Huram hanya berjalan kaki tapi dibelakangnya terdapat arak-arakan meriah. Penyambutan dari desanya juga sangat meriah termasuk kedua orangtua Luna. Sepertinya orangtua Luna sudah menyetujui dan merasa sangat bangga telah menjadi pilihan Huram.

Huram tiba di rumah Luna dan bertemu dengan orangtua Luna. Seperti janjinya kepada kedua orangtua Luna dan Luna, maka Huram meminang Luna untuk menjadi istrinya. Tentu saja Luna dan kedua orangtuanya setuju. Tidak lama kemudian disiapkan pesta pernikahan. Awalnya hanya dipersiapkan pesta kecil-kecilan karena Huram dan keluarga Luna tidak memiliki harta berlimpah. Huram bahkan tidak memiliki apapun kecuali pakaian yang dipakainya dan beberapa barang yang terdapat di tasnya.

Tapi penduduk desa dan kerajaan-kerajaan yang pernah dibantunya tidak menginginkan pesta kecil-kecilan. Setelah didesak oleh orang-orang, akhirnya Huram dan keluarga Luna mengalah. Mereka berjanji akan mengadakan pesta beberapa bulan lagi sambil menunggu kedatangan para raja-raja menuju tempat pesta. Desa itu menjadi sangat ramai dengan persiapan pesta besar-besaran. Beberapa kerajaan bahkan telah mengirimkan utusan untuk membantu persiapan pesta. Yang lebih mengejutkan lagi adalah kehadiran utusan-utusan dari benua yang berbeda. Bahkan ada yang sengaja datang untuk menyaksikan pesta pernikahan Huram.

Akhirnya tiba waktunya pesta pernikahan Huram. Selama itu Huram sudah tinggal bersama keluarga Luna. Berbagai perwakilan dari negara-negara menjadi saksi pernikahan itu. Huram sendiri melakukan acara pernikahan dengan berbagai cara karena para perwakilan ingin melihatnya. Huram sendiri tidak mempermasalahkan cara yang dipakai karena mereka tetap akan sah menjadi suami istri.

Mungkin saat itu adalah pesta terbesar sepanjang sejarah karena hampir seluruh kerajaan telah mengirimkan utusan dan juga kehadiran raja-raja secara langsung. Bisa jadi itulah pertemuan pertama kali banyak raja-raja di satu waktu. Seluruhnya mencapai 200 raja yang hadir di pesta itu. Sementara pesta terpaksa diadakan selama satu minggu penuh. Huram dan Luna merasa sangat bahagia dengan kedatangan mereka secara damai. Walau harus lelah, tapi semua itu tidak sia-sia. Huram sendiri memutuskan mulai saat itu dia akan menetap. Sebenarnya keputusan itu ditentang semua pihak, tapi mereka menghargai keputusan Huram.

Sejak saat itu, Huram tinggal bersama Luna menjadi pasangan yang berbahagia. Tapi bukan berarti kerja Huram berkurang. Huram selalu didatangi banyak pihak baik dari kerajaan maupun orang biasa. Mereka meminta nasehat dan juga bantuan. Seringkali mereka memberikan hadiah sekadarnya atas bantuan Huram dan Luna. Luna juga menjadi istri yang sepadan. Dengan kemampuan mengobati dan kecantikan yang luar biasa, Luna sering dianggap dewi.

Memang tidak ada yang sempurna di dunia. Beberapa tahun kemudian ayah Luna meninggal karena penyakit tua. Sebelumnya ibu Luna sudah memaksa Huram untuk memperpanjang usia ayah Luna tapi Huram menolaknya. Alasannya karena takdir Tuhan jangan dilawan, kalau takdir memang tidak baik maka ubahlah. Kematian ayah Luna memang sudah waktunya dan bila diteruskan hanya akan membawa kesengsaraan baik untuk dirinya maupun orang-orang di sekitarnya. Beberapa kali ibu Luna meminta Huram untuk memperpanjang usia ayah Luna, tetapi selalu saja ditolak oleh Huram, bahkan Huram mencoba menasehati ibu Luna. Sejak ayah Luna meninggal, ibu Luna mulai sakit-sakitan.

Tidak ada yang dapat dilakukan oleh Luna dan Huram. Walaupun mereka berdua menghibur dengan kata-kata indah, tetap saja tidak dapat menghibur. Beberapa bulan kemudian, ibu Luna juga meninggal. Kini Huram dan Luna sudah tinggal berdua saja. Huram mulai mengurangi kesibukannya dan mulai memanjakan Luna. Awalnya Luna tidak mau dimanjakan, tapi akhirnya mereka berdua seperti dimabuk cinta. Dalam beberapa tahun mereka sudah mendapatkan beberapa orang anak.

Kehidupan mereka sangat bahagia dan anak-anak mereka tumbuh menjadi orang baik. Mungkin karena kedua orangtuanya selalu mendidik dengan cara keras sekaligus penuh kasih sehingga semua anak-anaknya merasa kagum dan patuh. Ajaran kebaikan yang ditanamkan Huram dan Luna selalu berbekas di hati semua anak-anaknya. Pada saat Luna sudah berumur 50 tahun, mereka mendapatkan cucu pertama. Keluarga Huram semakin besar. Huram dan Luna dapat berumur panjang berkat ilmu mereka. Huram dan Luna juga mengajarkan berbagai ilmu pada keluarganya.

Huram sebenarnya tahu kalau dia hampir tidak dapat mati, sebab menurut ramalannya dia dapat hidup ratusan tahun. Huram menyadari tidak baik baginya untuk terus menerus berada bersama keluarganya. Suatu saat Huram mengajak Luna untuk pergi ke tempat lain. Huram mengatakan kalau anak-anak mereka sudah mapan, bahkan cucu mereka sudah banyak. Tidak baik bagi mereka berdua untuk terus menerus hadir di keluarga mereka karena Huram tahu mereka berdua akan berumur sangat panjang. Bahkan sebentar lagi keduanya akan mencapai keabadian.

Luna awalnya tidak mau, padahal di dalam hatinya Luna menyadari hal itu. Luna saat itu sudah berumur lebih dari 150 tahun. Sebuah umur yang di luar batas kebiasaan manusia. Setelah berpikir panjang, akhirnya Luna menyetujui usul suaminya. Huram bukannya ingin menjauh dari keluarganya. Huram membuat sebuah ruangan khusus yang menyerupai ruangan bertapa. Di ruangan itu Huram mengajarkan Luna bagaimana mencapai keabadian. Setelah beberapa lama akhirnya keduanya sudah memutuskan untuk meninggalkan keluarganya.

Saat itu usia Huram sudah 250 tahun dan Luna 200 tahun. Keluarga mereka tiba-tiba tidak menemukan keduanya di ruangan tempat mereka bertapa. Di ruangan itu hanya ada kekosongan, padahal pintunya hanya ada satu dan tidak mungkin keluarga Huram tidak mengetahui kepergian mereka. Di atas meja tertulis sebuah pesan yang menyatakan mereka berdua sudah mencapai tahap keabadian dan sekarang sudah berada di surga. Mereka akan selalu mengawasi kedamaian dunia dari jauh dan berharap tidak ada kesedihan karena keduanya masih hidup hanya saja di alam yang berbeda.

Setelah itu diadakan upacara kematian walau tidak pernah ada jasad yang dikuburkan. Hari itu dianggap kematian Huram dan Luna. Acara itu dihadiri oleh semua negara di dunia karena itu acaranya berlarut-larut hingga sebulan penuh. Tidak ada yang pernah tahu kemana Huram dan Luna pergi. Mereka mengatakan kalau keduanya sudah menjadi dewa dan akan selalu melindungi dunia. Nama Huram sebagai Dewa Perdamaian tidak pernah hilang. Setiap kali akan mengajukan perdamaian pastilah nama Huram disebut sebagai juru damai.


Nut HOJ
Rengat, 12 Juli 2009