Maafkan Aku
Terkadang
menyesal tiada gunanya. Robie menyesal telah meninggalkan sahabatnya di jalan
hanya gara-gara masalah kecil. Perbedaan memang sering terjadi dan seharusnya
tidak berakhir dengan pertengkaran hebat.
Awalnya
hanya dari tempat makan. Robie tidak suka cara Yuna makan. Robie melihatnya
sebagai orang yang tidak pernah makan. Terlalu lahap dan bersuara. Yuna tidak
tahu kalau cara makannya salah. Menurut Yuna itu berarti menikmati makanan yang
terhidang. Robie berkeras itu tidak baik. Akibatnya mereka bertengkar.
Seperginya dari rumah makan, Robie dan Yuna kembali bertengkar di jalan
membicarakan masalah di rumah makan. Akibatnya Yuna ditinggalkan di jalan oleh
Robie karena kesal.
Kini
Robie menyesal. Tindakannya terhadap Yuna terlalu berlebihan. Bukankah yang
disuka dari Yuna adalah kepribadiannya. Yuna memiliki pemikiran sendiri, apa
salahnya itu. Kalau memang tidak sejalan, kenapa harus diperpanjang. Bukankah
selalu saja ada perbedaan tapi bisa diterima. Robie memutar motornya kembali
menjemput Yuna di tempat tadi ditinggalkan. Yuna masih terduduk menangis. Robie
menyesal telah meninggalkan Yuna di jalan. Untunglah Robie cepat tersadar
sebelum semuanya terlambat.
Robie
turun dari motornya dan menghampiri Yuna. Robie langsung memeluk Yuna dan
berkata,”Maafkan aku.”
Mereka
berdua saling berpelukan dalam waktu yang lama. Yuna juga meminta maaf.
Keduanya menangis tanpa suara. Pelukan keduanya merupakan tanda saling
memaafkan. Robie sadar tidak seharusnya dia memperpanjang masalah. Seharusnya
biarkan saja perbedaan itu ada. Karena dengan perbedaan, maka hidup akan
semakin berwarna.
Selanjutnya
Robie dan Yuna pulang bersama. Yuna memeluk Robie dari belakang dengan pelukan
hangat. Rasanya sangat nyaman bagi keduanya.
Nut HOJ
Kijang, 27 Agustus 2012